Mengenal Potensi, Tantangan, dan Pencapaian Keuangan Syariah di Indonesia - Halo Sobat CerdasKTG, Pada Artikel yang sobat baca kali ini dengan judul Mengenal Potensi, Tantangan, dan Pencapaian Keuangan Syariah di Indonesia, saya telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk sobat baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi artikel atau postingan Artikel Ekonomi Syariah, Artikel Jens Reisch, Artikel Keuangan Syariah, Artikel Prudential Indonesia, Artikel PRUlink Syariah, Artikel Republika, yang saya tulis ini dapat sobat pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Mengenal Potensi, Tantangan, dan Pencapaian Keuangan Syariah di Indonesia
link : Mengenal Potensi, Tantangan, dan Pencapaian Keuangan Syariah di Indonesia
Mengenal Potensi, Tantangan, dan Pencapaian Keuangan Syariah di Indonesia
Keuangan syariah di Indonesia saat ini menyimpan potensi yang besar, tetapi belum dimaksimalkan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2016 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan syariah mencapai 11,06% dan khususnya pada sektor asuransi syariah mencapai 1,92%. Untuk itu maka berlangsung acara Rembuk Republik yang diselenggarakan oleh Republika, didukung OJK, Kementerian Perencanaan Pembangunan, dan Prudential Indonesia.Melalui acara Rembuk Republik "Memacu Inklusi Keuangan Syariah", secara bersama-sama berbagai pihak untuk mengetahui tantangan, peluang, dan solusi dari pemerintah dan industri jasa keuangan syariah, sehingga masyarakat Indonesia bisa menggunakan layanan keuangan syariah. Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan inklusi keuangan syariah, sehingga dibentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) untuk meningkatkan pangsa pasar industri keuangan syariah melalui terobosan program yang dilakukan.
Potensi, Prestasi dan Upaya Mendorong Inklusi Keuangan Syariah
Pak Nur Hasan Murtiaji, Wakil Pimpinan Redaksi Republika menyatakan melalui acara Rembuk Republik dukungan berbagai pihak diperlukan untuk menemukan, cara pendekatan untuk meningkatkan literasi ekonomi syariah masyarakat Indonesia. Berlanjut dengan pemaparan data-data tentang perkembamgan ekonomi syariah di Indonesia, khususnya pada keuangan syariah di Indonesia oleh pak Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan 1 OJK.Indonesia saat sudah menduduki peringkat ke-7, jika dilihat dari aspek pertumbuhan aset lembaga keuangan syariah. Bahkan Indonesia menjadi negara dengan sistem keuangan syariah terlengkap, terdiri atas: Ekonomi Syariah, Filantropi Syariah, dan Keuangan Syariah. Dalam upaya pemerataan akses keuangan syariah kepada masyakarat, OJK mendorong peningkatan literasi keuangan melalui berbagai cara:
1) Fasilitas Pendirian Bank Wakaf Mikro.
Didirikan oleh pesantren dengan konsep pembiayaan tanggung renteng, diberikan paket pembiayaan 1-3 juta kepada kelompok masyarakat produktif. Tak hanya pembiayaan, tetapi juga dilakukan pendampingan usaha dan pelatihan. Per 15 April 2018 pilot project Bank Wakaf Mikro sudah memiliki 4.152 nasabah dengan total penyaluran pembiayaan sebesar 4,18 Milyar.
2) Sinergi Fintech dengan Sektor Riil dan Sektor Filantropi Syariah.
Fintech bisa menjadi inovasi untuk meningkatkan indeks inklusi keuangan syariah. Sehingga OJK mendukung fintech dan inovasi lainnya yang berbasis teknologi, menjadi solusi terhadap keterbatasan infrastuktur untuk mengakses keuangan syariah.
Perananan Pemerintah dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah
Pak Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia menjelaskan peranan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dalam mengembangkan potensi dan menjawab tantangan keuangan & ekonomi syariah di Indonesia. Berbagai pencapaian dan prestasi sudah diraih dalam periode dua dasawarsa ekonomi syariah di Indonesia, seperti: pertumbuhan yang stabil, jumlah lembaga keuangan syariah terbanyak, jumlah nasabah ritel terbesar, satu-satunya negara yang menerbitkan sukuk untuk ritel (perorangan), dan pencipta sistem online trading syariah.
Terdapat sebanyak 34 bank syariah, 58 operator takaful (asuransi syariah), 7 modal ventura, dan 5.000 koperasi syariah di Indonesia. Namun, pak Bambang Brodjonegoro mengingatkan agar tak hanya fokus dalam pengembangan kuantitas, tetapi juga dalam hal kualitas lembaga keuangan syariah. Masyarakat dilibatkan menjadi bagian dari keuangan syariah, melalui sukuk ritel yang memberikan imbal hasil memuaskan dan membantu pembiayaan negara.
Pada sektor keuangan syariah mikro dan filantropi syariah melalui akses pembiayaan Bank Wakaf Mikro sudah baik. Diharapkan suatu saat ada lembaga keuangan syariah yang memiliki skala usaha yang cukup besar, terlebih baru saja ada dua bank syariah yang melantai di Bursa Efek Indonesia. Sehingga perlu ada sinergi antara lembaga keuangan syariah mikro dan bank syariah, memberikan kemudahan akses keuangan syariah kepada masyarakat.
Inklusi keuangan memiliki peranan penting dana mengetaskan kemiskinan di Indonesia. Termasuk inklusi keuangan syariah, membantu seseorang bisa keluar dari jurang kemiskinn dengan pemahanan terhadap keuangan syariah. Masyarakat yang masih belum memiliki akses keuangan syariah, menjadi kelompik utama yang perlu dibantu dahulu.
Pak Bambang Brodjonegoro menutup pemaparan dengan pengalamannya, semasa masih menjadi dekan di univeritas. Sekitar sebelas tahun lalu, saat mencari asuransi untuk pegawai universitas. Belum ada keunikan secera spesifik, bisa ditemukan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah. Tentunya saat ini asuransi syariah semakin berkembang, sehingga sudah mulai menemukan keunikan yang spesifik seperti Prudential Indonesia melalui PRUlink Syariah. Antara sektor riil dan sektor keuangan syariah harus diperkuat melalui pembuatan ekosistem ekonomi syariah.
Solusi dan Pendekatan untuk Meningkatkan Inklusi Keuangan Syariah
Untuk mendukung program dan solusi yang dilakukan pemerintah. Pada sesi selanjutnya tentang mengenali, tantangan dan solusi dalam peningkatan literasi keuangan syariah di Indonesia. Pak Adiwarman Karim, Wakil Ketua Dewan Syariah Nasional MUI memberi penjelasan tiga jenis tantangan dan solusi yang dihadapi dalam peningkatan literasi keuangan syariah, serta pendekatan berbeda yang perlu dilakukan.
Pada masalah inklusi geografis, maka teknologi menjadi solusi, pada masalah psikografis, maka perlu pendekatan dan pemahaman tentang keuangan syariah, dan masalah inklusi keuangan administratif dilakukan dengan merangkul, bukan dengan melarang penggunaan layanan keuangan non syariah.
Peranan Prudential Indonesia, Mendukung Peningkatan Inklusi Keuangan Syariah
Kini saatnya mengenal lebih dalam layanan asuransi syariah dari Prudential Indonesia. Jens Reish, Presiden Direktur Prudential Indonesia menyatakan komitmen untuk mendukung literasi keuangan Indonesia. Prudential Indonesia, sudah hadir selama 22 tahun, juga sudah selama 10 tahun memberikan layanan asuransi syariah di Indonesia.
Saat ini kontribusi asuransi syariah dari sisi aset mencapai 5,8% dari sisi premi dan 6,1% dari sisi aset asuransi jiwa di Prudential Indonesia. Dengan jumlah masyarakat Indonesia berjumlah 260 juta dengan 87% muslim, baru sekitar 7% yang memiliki polis asuransi jiwa. Sehingga masig besar potensi pertumbuhan asuransi jiwa syariah. Prudential Indonesia pun menargetkan juga akan melakukan spin off unit usaha syariah.
Aset asuransi jiwa syariah Prudential Indonesia meraih pertumbuhan 13% menjadi 9,9 Triliun. Hasil investasi Syariah Asia Pasific Equity Fund mencapai 26,6%, peserta baru tumbuh 14%, dan peserta non muslim tumbuh 98%. Layanan asuransi jiwa syariah dari Prudential Indonesia, PRUlink Syariah mengusung positioning produk "PruSyariah untuk Semua" dengan fokus perusahan menyasar milenial, digital, dan gaya hidup syariah.
Dalam perjalanan Prudential Indonesia memberikan layanan asuransi syariah. Tentu saja masih ada kendala, Jens Reish, Presiden Direktur Prudential Indonesia, menyampaikan masih terbatasnya sumber daya manusia yang memiluki spesialisasi di bidang keuangan syariah. Seiring perkembangan industri keuangan syariah, diikuti dengan kebutuhan sumber daya manusia yang meningkat. Dalam peningkatan literasi asuransi syariah.
Prudential Indonesia bekerjasama dengan staf & tenaga pemasar, kemitraan dengan berbagai lembaga, dan media baik digital & konvensional. Untuk memacu inklusi keuangan syariah, perwujudan nilai Syariah untuk Semua. Prudential Indonesia terus melakukan edukasi, kebaikan produk dan layanan keuangan syariah untuk memperkuat ekonomi Indonesia.
Pak Irfan Syauqi Beik, Ketua 1 IAEI menjelaskan, inklusi keuangan syariah perlu didorong agar terjadumu pemertaaan ekonomi di Indonesia. Inklusi keuangan syariah pun terdiri atas, layanan keuangan perbankan dan funding (pendanaan). Melalui funding yang disalurkan melalui pembiayaan dan bisa meningkatkan trend ritel syariah, sehingha terjadi perkembangan ekonomi syariah pada sektor riil, sektor keuangan syariah, dan sektor ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf).
Perlu dukungan berbagai pihak untuk mendorong, peningkatan literasi keuangan syariah di Indonesia. Baik pemerintah, pelaku industri keuangan, dan masyarakat bersama-sama punya peranan dalam upaya peningkatan masyarakat. Pendekatan-pendekatan berbeda, dalam pengenalan produk-produk keuangan syariah, menjadikan masyarakat merasakan manfaatnya, sehingga pada saat yang sama menjadi bagian dari keuangan syariah. #PrudentialIndonesia #PRUlinkSyariah
Sekian Artikel Mengenal Potensi, Tantangan, dan Pencapaian Keuangan Syariah di Indonesia
Sampailah kita pada akhir artikel Mengenal Potensi, Tantangan, dan Pencapaian Keuangan Syariah di Indonesia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk sobat semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
sobat sekarang membaca artikel Mengenal Potensi, Tantangan, dan Pencapaian Keuangan Syariah di Indonesia dengan alamat link https://cerdaskotamobagu.blogspot.com/2018/05/mengenal-potensi-tantangan-dan.html
EmoticonEmoticon